Selasa, 10 Juli 2012

Transformasi Bentuk dalam Cerita Calon Arang


Oleh

Sri Maryani, S.Pd.

Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Tidak diketahui siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu di Bijdragen Koninklijke Instituut. (wikipedia.com).

Dalam makalah ini Calon arang ditransformasi ke dalam beberapa bentuk diantaranya novel, sendratari, drama dan film. Transformasi teks Calon Arang ini dari segi lisan maupun tulisan.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk transformasi Calon Arang dari segi bentuk. Apakah dalam proses transformasinya sendiri cerita Calon Arang ini mengalami penambahan, pengurangan atau pun secara keseluruhan. Dari seginamanya saja sudah jelas berbeda maka dari itu di dalam maklah ini akan dibahas mengenai bentuk-bentuk transformasi cerita Calon Arang.

Transformasi ke dalam bentuk Novel

Sinopsis Calon Arang dari Buku Pramoedya Ananta Toer

Suasana di sebuah daerah sedang hangat membicarakan seorang perempuan cantik yang bernama Ratna manggali. Sayangnya, dia adalah anak dari rakyat yang menjadi korban akibat kekejaman Calon Arang. Terlalu banyak nyawa yang lenyap akibat teluh janda Girah tersebut. Karena kekejaman ibunya, Ratna Manggali pun mendapatkan akibat buruk karena masalah tersebut. Tidak ada satu lelaki pun yang ingin menikahi Ratna Manggali. Mereka takut kalau nasib mereka sama dengan orang-orang yang nyawanya lenyap akibat kekejaman teluh si Calon Arang. Ratna Manggali sangat sedih memikirkan hal itu. Ia membutuhkan seorang pendamping untuk menemaninya, namun tidak ada lelaki yang ingin menikahinya.

Suatu waktu, raja mengetahui tentang kekejaman Calon Arang. Dia mendapat kabar dari perdana menteri bahwa banyak rakyat mati karena tumbal dan teluh Calon Arang. Raja memerinthkan pasukannya untuk melawan Ccalon Arang, namun tidak disangka, pasukan raja tersebut tidak mapu mengalahkan kekuatan Calon Arang. Raja pun mengambil tindakan lain. Ia bertapa memohon petunjuk kepada Batara Guru untuk dapat menghacurkan Calon Arang. Batara Guru memerintahkan raja agar mencari seorang pendeta sakti yang bernama Empu Baradah. Setelah mendapatkan petunjuk tersebut, raja memerintahkan penasehat untuk menemui Empu Baradah. Penasehat tersebut menjelaskan kekacauan yang sedang terjadi. Empu Baradah pun mengerti dan ia akan membantu raja untuk menyelesaikan segala kekacauan tersebut. Empu Baradah menyuruh muridnya yang bernama Empu Bahula untuk menikahi Ratna Manggali. Empu bahula pun siap melksanakan perintah gurunya itu.

Pernikahan Ratna Manggali dengan Empu Bahula membuat Calon Arang bahagia. Ratna Manggali pun tidak perlu meratapi nasibnya yang dulu diperbincangkan orang. Namun, setelah anaknya menikah pun kekejaman Calon Arang tidak berhenti, malah semakin buruk. Akibatnya, Empu Baradah melakukan tindakan yang lain untuk menghancurkan Calon Arang. Dia bertempur melawan Calon Arang. Pertempuran tersebut sangat sengit, namun akhirnya Calon Arang yang kejam itu dapat dilenyapkan oleh Empu Baradah. “

Transformasi ke dalam bentuk drama

Sinopsis drama besar calon Arang kelas dikC’07

Susana di sebuah daerah sedang hangat membicarakan seorang perempuan cantik yang bernama Ratna manggali. Sayangnya, dia adalah anak dari seorang tukang teluh. Calon Arang, begitu nama tukang teluh itu. Terlalu banyak rakyat yang menjadi korban akibat kekejaman Calon Arang. Terlalu banyak nyawa yang lenyap akibat teluh janda Girah tersebut. Karena kekejaman ibunya, Ratna Manggali pun mendapatkan akibat buruk karena masalah tersebut. Tidak ada satu lelaki pun yang ingin menikahi Ratna Manggali. Mereka takut kalau nasib mereka sama dengan orang-orang yang nyawanya lenyap akibat kekejaman teluh si Calon Arang. Ratna Manggali sangat sedih memikirkan hal itu. Ia membutuhkan seorang pendamping untuk menemaninya, namun tidak ada lelaki yang ingin menikahinya.

Suatu waktu, raja mengetahui tentang kekejaman Calon Arang. Dia mendapat kabar dari perdana menteri bahwa banyak rakyat mati karena tumbal dan teluh Calon Arang. Raja memerinthkan pasukannya untuk melawan Ccalon Arang, namun tidak disangka, pasukan raja tersebut tidak mapu mengalahkan kekuatan Calon Arang. Raja pun mengambil tindakan lain. Ia bertapa memohon petunjuk kepada Batara Guru untuk dapat menghacurkan Calon Arang. Batara Guru memerintahkan raja agar mencari seorang pendeta sakti yang bernama Empu Baradah. Setelah mendapatkan petunjuk tersebut, raja memerintahkan penasehat untuk menemui Empu Baradah. Penasehat tersebut menjelaskan kekacauan yang sedang terjadi. Empu Baradah pun mengerti dan ia akan membantu raja untuk menyelesaikan segala kekacauan tersebut. Empu Baradah menyuruh muridnya yang bernama Empu Bahula untuk menikahi Ratna Manggali. Empu bahula pun siap melksanakan perintah gurunya itu.

Pernikahan Ratna Manggali dengan Empu Bahula membuat Calon Arang bahagia. Ratna Manggali pun tidak perlu meratapi nasibnya yang dulu diperbincangkan orang. Namun, setelah anaknya menikah pun kekejaman Calon Arang tidak berhenti, malah semakin buruk. Setiap malam Empu bahula melihat Calon Arang mertuanya pergi entah ke mana dan dia pun sering mendengar Calon Arang melantunkan semacam doa-doa atau puji-pujian. Lalu Empu Bahula menanyakah hal itu kepada ratna Manggali. Dengan perasaan berat, Ratna Manggali mengatakan semua rahasia Calon Arang itu kepada suaminya. Ia mengatakan bahwa kekuatan Calon Arang itu bersumber dari kitab pusaka yang dimilikinya. Setelah itu Empu Bhula mengatakan rahasia Calon Arang tersebut kepada Empu Baradah. Lalu Empu Baradah menyuruh Empu Bahula mengambil kitab tersebut. Empu Bahula pun melakukannya. Ia merayu Ratna Manggali untuk mengambilkan kitab tersebut dan dengan berat hati ratna Manggali mengambil kitab itu lalu diberikan kepada suaminya, tapi ratna Manggai berpesan agar suaminya itu mengembalikan kitab tersebut sebelum ibunya terbangun. Namun, Empu bahula tidak kembali ia membakar kitab pusaka milik Calon Arang dan lenyaplah Calon Arang dari muka bumi ini.

Transformasi ke dalam bentuk Sendra tari

Tarian yang dibawakan sebagai kolaborasi penari terkenal yaitu Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik mengangkat cerita “Calon Arang” sebagai bahan tarian. Tarian tersebut mengusung tema besar “The Amazing Bedaya Legong-Calonarang”.

Setiap gerakan merupakan hasil interpretasi dari setiap bagian cerita dalam kisah Calon Arang. Namun, dalam tari ini, tarian lebih difokuskan pada kisah Mpu Bahula yang berhasil meminang Ratna Manggali dan bukan tentang peperangan calon arang.

Transformasi ke dalam Bentuk Film

Berikut ini ialah ekranisasi atau usaha sebagai baagian dari transformasi bentuk dari cerita aslinya.

Judul                           : Ratu sakti Calon Arang

Sutradara                     : Sisworo Gautama

Produser                      : Ram Soraya

Pemeran Utama           : Barry Prima; Suzanna

Pemeran Pembantu     : Amoroso Katamsi; Diana Suarkom; Didin Syamsuddin; Dorman   Borisman; HIM Damsjik; Johny Matakena; Linda Husein; Ratna Debby Ardi; Tina Winarno

Keterangan Publikasi

Jakarta                         : Soraya Intercine Film, 1985

Deskripsi Fisik            : Film berwarna ; 75 menit

Media                          : Film layar lebar

Subjek                         : Film laga legenda

Bahasa                         : Indonesia

Penulis Skenario          : I Gusti Jagat Karana

Penata Artistik                        : M. Affandi SM

Penata Suara               : Endang Darsono

Penata Musik              : Frans Haryadi

Penata Foto                 : Thomas Susanto

Penyunting                  : Muryadi

Sinopsis

Calon Arang, janda sakti yang berambisi merebut tahta Kerajaan Daha melampiaskan amarah ambisinya pada rakyat, hingga menimbulkan keresahan pada masyarakat. Putrinya yang bernama Ratna Manggali, yang sudah berumur belum juga mendapatkan suami. Hal ini menambah amarah Calon Arang. Akibatnya, orang semakin takut untuk melamar putrinya. Untuk mengatasi keganasan Calon Arang, Raja Daha mencari tahu kelemahan janda sakti itu dengan meminta Empu Bahula, murid Empu Baradah untuk mengawini Ratna Manggali. Setelah rahasia kelemahan Calon Arang diketahui, Empu Barada dan Empu Bahula menyerang Calon Arang dan gerombolannya. Penyerangan berhasil, Bahula tetap memperistri Ratna Manggali.

Sumber Katalog

Katalog Film Indonesia 1926-1995 / JB Kristanto.-– Jakarta: Grafiasari Mukti, 1995

Perpustakaan Nasional RISinematek Indonesia Pusat Dokumentasi Seni: Bidang Film.

Bagan Transformasi Calon Arang

Transformasi dalam bentuk novel

Cerita Calon Arang ditransformasi menjadi sebuah novel dengan penceritaan yang dinarasikan oleh pengarangnya. Cerita dibuat dari sudut pandang pengarang. Dalam novelnya cerita Calon Arang merupakan cerminan dari sikap beberapa tokoh. Hal ini terlepas dari ciri penulisan pengarangnya (Pramoedya Ananta Toer) yang memiliki kekhasan dalam setiap tulisannya karena sarat oleh gagasan/pemikiran-pemikiran yang Beliau tuangkan dalam setiap tulisannya. Oleh karena itu cerita Calon Arang yang ditulis Pramodya Ananta Toer memberikan kebebasan kepada pembaca tentang makna apa yang tersirat dalam cerita tersebut.

Calon Arang adalah seorang wanita yang memiliki ilmu hitam, sengaja meneluh seluruh rakyat karena kesakithatiannya terhadap mereka yang mengejek Manggali anaknya. Bahkan tak ada satu pun yang mau menikahi anaknya gara-gara ibunya adalah seorang tukang teluh. Sampai akhirnya Calon Arang mampu ditaklukan oleh seorang pendeta bernama Empu Baradah.

Dari cerita tersebut terkesan bahwa Calon Arang adalah tokoh antagonis dan Empu Baradah adalah seorang penyelamat yang di utus Raja untuk menghancurkan kekejaman Calon Arang. Namun di akhir cerita penulis memberikan ciri lain tentang Empu Baradah yang pergi ke kerajaan Bali saat kerajaan terbagi menjadi dua, dan di sana ditunjukan sifat lain dari Empu Baradah yang menjelaskan bahwa sifat seorang manusia tidak selamanya baik, begitu pun dengan Calon Arang tidak selamanya dia jahat, karena Calon Arang melakukan teluh kepada seluruh rakyat pun didasarkan pada kasih sayangnya terhadap Manggali. Oleh karena itu pembaca dibebaskan untuk berfikir siapa yang salah atau benar dan bagaimana berbuat seharusnya.

Cerita ini disajikan dalam beberapa rangkaian cerita yaitu cerita tentang kerajaan, lalu bercerita tentang Calon Arang, Empu Baradah beserta anaknya dan muridnya Empu Bahula.

Perubahan bentuk dari cerita asli yang dituturkan dengan cerita yang ditulis Pramoedya Ananta Toer tentu memeliki beberapa perbedaan. Cerita asli dituturkan dengan bahasa pada saat itu sedangkan Pramoedya menceritakan Calon Arang dengan bahasa Indonesia, dengan menggunakan diksi-diksi yang sesuai dengan ciri khas kepenulisannya. Lalu sudut pandang yang digunakan pun berbeda, Pram menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam menceritakan Calon Arang dan di awal serta di akhir cerita adalah tentang kerajaannya itu sendiri. Serta amanat yang disampaikan dalam cerita Calon Arang yang ditulis Pram lebih menisyaratkan kepada kegelisahan yang dirasakan penulis terhadap satu konflik dan memberikan pemahaman tentang bagaimana mencintai lingkungan (dalam hal ini kerajaan) serta cara mempertahankannya untuk tidak terpecah belah dan rakyatnya tetap bersatu. Hal tersebut mengingatkan pembaca untuk dapat memiliki rasa nasionalisme.

Transformasi dalam bentuk Sendratari/Dramatari

Transformasi teks  Calon Arang ke dalam bentuk sendratari. Sendratari juga sering disebut dramatari. Dramatari merupakan sebuah ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa/ Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita.

Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Cerita lain yang juga sering ditampilkan dalam drama tari ini adalah cerita Basur, sebuah cerita rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Bali. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean, menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calon Arang sering dianggap sebagai pertunjukan adu kekebalan (batin). Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Karena pagelaran dramatari ini selalu melibatkan Barong Ket maka Calonarang sering disamakan dengan Barong Ket. Pertunjukan Calon Arang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar. Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calon Arang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon papaya. (Sumber: Tim Survey ASTI).

Dramatari ini memadukan antara unsur gerak tari, cerita dan sedikit magis. Tokoh Calon Arang sendiri diidentikkan dengan tokoh Barong Ket yang merupakan tokoh sentral dalam cerita dramatari. Perubahan yang terjadi adalah dengan adanya perubahan teks menjadi gerak.

Transformasi dalam Bentuk Drama

Berbeda lagi ketika teks Calon Arang ditransformasikan dalam bentuk drama. Pementasan drama Calon Arang ini ditampilkan oleh kelas Dik. C 2007 saat mata kuliah pagelaran sastra. Dalam tranformasi ini cerita Calon Arang yang beretuk teks tertulis diubah menjadi bentuk dialog, berupa naskah Calon Arang. Ada tim pembuat naskah yang bertugas mentransformasikan cerita Calon Arang yang semula berbentuk narasi menjadi susunan dialog para tokoh. Dialog yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan  pementasan drama. Meskipun dalam bentuk dialog tetap saja memiliki alur. Yaitu awal penceritaan ketika rakyat menggunjingkan Ratna Manggali, puncak konflik terjadi saat Calon Arang meneliuh seluruh rakyat, dan penyelesaiannya ketika kitab calon Arang dibakar oleh Mpu Baradah.

Dalam naskah drama semua itu dijadikan dalam tiga babak, awal, puncak, dan akhir. Alur yang hadir berupa alur campuran. Prolog dalam cerita dibacakan oleh narator. Para tokoh dihadirkan dalam sebuah panggung pementasan dan ditonton oleh penonton sehingga para tokoh yang dalam cerita narasi hanya dalam khayalan direalisasikan dalam drama ini. Meskipun dalam drama ini,  Calon Arang meninggal, sama seperti teks cerita dalam bentuk yang lain, sudut pandang dalam drama Calon Arang mengambil ending tentang sisi baik Calon Arang.

Transformasi dalam Bentuk Film

Dalam bentuk film, cerita Calon Arang mengalami transformasi bentuk yang pada awalnya berbentuk teks tertulis mengalami ekranisasi atau pelayarputihan naskah. Seperti halnya drama, naskah Calon Arang ini mengalami perubahan bentuk menjadi dialog. Naskah tertulis ini mengalami perubahan bentuk yaitu menjadi adegan-adegan yang divisualisasikan. Apabila dalam drama naskah divisualisasikan melalui pentas langsung, maka dalam bentuk film ini naskah divisualisasikan melalui media perekam yaitu kamera film yang pada setiap waktu yang diinginkan film ini dapat diputar. Mengenai isi naskahnya sendiri, dalam bentuk film ini, cerita Calon Arang tak mengalami perbedaan jauh dengan cerita yang berkembang di masyarakat yaitu pada akhir cerita Calon Arang meninggal dan Manggali tetap diperistri empu Baradah.

Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Tidak diketahui siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu di Bijdragen Koninklijke Instituut. (wikipedia.com). Dalam makalah ini Calon arang ditransformasi ke dalam beberapa bentuk diantaranya novel, sendratari, drama dan film. Transformasi teks Calon Arang ini dari segi lisan maupun tulisan.

Dongeng Calon Arang diatas ditransformasi dalam berbagai bentuk, diantaranya transformasi dalam bentuk novel, drama, sendratari, dan film. Secara garis besar, dongeng Calon Arang yang ditransformasi dalam bentuk novel, drama, sendratari, dan film menceritakan tentaang seorang wanita jahat bernama Calon Arang yang murka pada rakyat Bali karena mereka selalu mencemooh puteri kesayangannya, Manggali. Kemurkaannya sempat teredam ketika datang seorang pria bernama Mpu Baradah yang datang melamar puterinya, sebenarnya Mpu Baradah diutus menikahi Manggali untuk mencari kelemahan Calon Arang dan menghentikan sikap jahat Calon Arang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dongeng Calon Arang mengalami proses penciptaan kembali dengan cara ekspansi atau pengembangan perluasan baik isi ataupun fungsi.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Calon_Arang

http://www.indonesiaindonesia.com/f/15123-calon-arang/

http://www.tempointeraktif.com/hg/seni/2009/11/23/brk,20091123-209846,id.html

http://www.facebook.com/notes/kumpulan-dongeng-cerita-rakyat/menelusuri-jejak-peninggalan-raja-erlangga-dan-kisah-calonarang-versi-kediri-bag/186139398755

http://www.isi-dps.ac.id/calonarang-masih-menyihir-masyarakat-bali

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/indeks_penelitian?q=detail_penelitian/692

Sri Maryani, Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar