Sabtu, 20 April 2013

JIka Munkar Nakir Bertanya, Apa yang Kelak kamu Jawab?

Setengah mempercepat langkah, saya masuk ke kelas VII Al Khawarizmi. Nyaris lupa bahwa jadwal telahlah berubah, saya ada kelas di jam pertama.
Pertemuan seblumnya mereka mengeksplorasi kemampuan mereka bermajas. Mereka bukan lagi menebak lagu-lagu yang mengandung majas. Saya ajak mereka membuat karikatur, komik, atau lirik lagu gubahan yang mengandung majas.
Pertemuan kali ini Materi "Wawancara"
Masuk kelas. Saya kira  materi ini tidak akan tuntas dalam satu waktu. Alhasil, hari itu saya konsep untuk membuat peta proyek yang harus anak-anak kerjakan.
Ada pembentukan kelompok, desain wawancara, dan menyusun kerangka pertanyaan berdasarkan unsur-unsur pembangun berita.
Hmm, seperti kesuksesan di angkatan satu tingkat di atas mereka, saya pun ingin mengulang metode kali ini di kelas VII. Saya ingin mengeksplorasi kemampuan mereka berkomunikasi, berdialog, dan mencari sesuatu secara detail.
Tak lama kemudian, setelah mereka selesai berkelompok. Mereka pun mulai memetakan simulasi wawancara yang akan mereka praktikan.
Seperti biasa saya berkeliling sekadar memastikan bahwa mereka benar sedang memetakan tugas atau sekadar berbincang singkat dengan mereka. Pertanyaan riuh silih berganti tentang konsep simulasi yang akan mereka tampilkan....
Tiba-tiba seorang anak, berseloroh menyebutkan nama temannya, Syahid. Bu, tema wawancara bebas kan? Iya, ini Syahid katanya mau tanya.
"Iya Syahid, kenapa?"
"Bu, boleh bebas kan? Bu, kalau wawancara tentang kuburan boleh tidak?" mata anak tersebut serius memandang saya dengan tak lupa senyum halus yang menjadi ciri khasnya. Matanya menatap penuh, sekadar memastikan saya akan merespon sepeti apa.
Saya masih kurang jelas menangkap apa yang dikatakannya.
"Maksudnya bagaimana, Syahid?"
"Iya, Bu. Wawancara dengan Munkar dan Nakir"

Entah kenapa tiba-tiba berdegup mendengar itu. Format sosiodrama akan seperti apa?

Merinding saya mendengarnya...
"Hmmm... Syahid, coba cari tema yang lain ya"
"Iya bu.." Mungkin ia pun tak begitu serius dengan niatnya..

Tapi pertanyaan syahid masih begitu terjaga di ingatan saya, wawancara dengan .....


*bersambung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar