Senin, 25 Agustus 2014

Buku, Pameran, dan Program Literasi Ala Sekolah



Ada banyak cara kecil untuk meluaskan dunia anak-anak. Cinta buku adalah yang terbaik dari segalanya. (Edwin Percy Whipple, seorang esais dan kritikus berkebangsaan Amerika)
Buku adalah jembatan bertemunya antara gagasan seseorang dengan pembacanya. Melaluinya pembaca dapat masuk, berselancar menemukan ragam informasi pengetahuan, bercengkerama dengan buah pikiran, juga sebagai batu asah pemancing respon misalnya dalam kegiatan membaca kritis.
Bagi anak-anak, buku perlu dikenalkan sedini mungkin sebagai salah satu kebutuhan mereka. Dengan cara demikian mereka akan menjadi terbiasa terlibat dalam satu budaya literasi baik itu di lingkungan keluarga ataupun sekolah.
Salah satu cara menciptakan suhu cinta membaca terhadap buku di lingkungan sekolah ialah melalui program rutin kunjungan sekolah ke pameran-pameran buku. Kegiatan kunjungan ke Book Fair sudah menjadi kegiatan rutin tahunan SMPIT As-Syifa Boarding School yang sayang apabila dilewatkan. Murid-murid difasilitasi untuk datang bersama-sama mengunjungi Book Fair. Di sana mereka akan diajak untuk berburu buku-buku wajib yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara kegiatan dari sekolah dan buku pribadi yang lolos seleksi laik baca atau mendapat rekomendasi dari pembimbing murid.
Selepas book fair, biasanya buku tetap menjadi perbincangan menarik di antara para murid. Genre buku yang dibeli kadang bersesuaian dengan minat murid. Tak jarang di antara mereka terlibat kegiatan saling menawarpinjamkan buku.
Mencintai buku bisa diciptakan dari hal-hal sederhana semacam itu. Anak-anak yang tak terbiasa hidup dengan buku akan membuat mereka “memaksakan” diri untuk memasuki teman-temannya yang mayoritas mencintai buku. Di sinilah hukum tarik-menarik berlaku, sehingga lingkungan literasi dapat tercipta dengan baik.
Pameran buku bukan sekadar kegiatan memamerkan buku-buku dengan diskonnya yang kadang membuat kalap pecinta buku. Banyak hal penting lainnya yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Pameran buku atau book fair merupakan stimulus untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan masyarakat. Di sana para pecinta buku berkumpul. Orang yang pada awalnya hanya  “melihat-lihat” pada akhirnya akan mendekat, memegang, lalu membelinya. Tak jarang di stand-stand buku, para pengunjung saling berdialog, akhirnya berdiskusi panjang lebar tentang buku yang mereka gandrungi. Nah, di sinilah pentingnya juga, bukan sekadar membeli tapi memaknai isi.
Di acara Book Fair biasanya diadakan juga diskusi atau bedah buku. Hal tersebut sangatlah penting untuk mengangkat isu-isu terbaru yang dibukukan dengan harapan dapat membuka cakrawala berpikir pengunjung melalui kegiatan kritik/bedah karya. Melalui book fair pula, pengunjung dapat mengetahu daftar buku-buku terbaru yang laik untuk segera dimiliki. Sehingga, pengunjung book fair biasanya up to date  terhadap buku-buku terbaru. Walaupun begitu, Groucho Marx mengatakan buku lama adalah buku baru bagi mereka yang belum membacanya. Begitulah buku, ia adalah warisan zaman, selalu mengabadi. Buku lama ataupun buku baru, sama-sama menjadi ruang temu pencari ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar